Kamis, 22 Mei 2014

Gedung Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO)

Gedung Kopindo dijadikan sebagai tempat pengungsian Banjir Kabupaten Pekalongan
Siapa bilang ditempat tinggalku,
Kelurahan Bener,Kecamatan Wiradesa,Kabupaten Pekalongan tidak memiliki suatu tempat bersejarah?
Pendapat itu salah karena di sini terdapat satu tempat bersejarah bernama Koperasi Pemuda Indonesia,atau disebut dengan gedung koperasi kopindo
Bahkan  kemarin ketika Kecamatan Wiradesa Terkena banjir besar, Gedung KOPINDO dijadikan tempat pengungsian bagi korban bencana Banjir, 
Ha,ha,ha,bahkan saya juga dapat jatah makananya :D

Kopindo Sempat Jayakan Tekstil Pekalongan

GEDUNG Kopersi Pembatikan Indonesia (Kopindo) yang terletak di jalur pantura, Wiradesa tepatnya di Kelurahan Bener, Kecamatan Wiradesa masih berdiri kokoh. Bangunan yang didirikan pada awal era orde baru atau tahun 1969 itu adalah simbol kejayaan usaha tekstil di Kabupaten Pekalongan.
Namun, kini bangunan tersebut hanya menjadi bagian dari sejarah kejayaan usaha tekstil di Kelurahan Bener, Kecamatan Wiradesa. Pasalnya, usaha tekstil dengan jenis produksi kain mori untuk bahan pembuatan batik sudah tak berjalan lantaran kalah dengan usaha serupa dari pengusaha keturunan.
Salah satu pengusaha batik yang asli warga Kelurahan Bener, Khaerurrozy menuturkan, Kopindo adalah sebuah koperasi yang khusus bagi para pembatik di Kabupaten Pekalongan yang menyediakan bahan pembuatan batik berupa kain puti (kain mori) bagi para anggotanya.
"Dulu pada awal didirikannya, Kopindo menjadi idola para pengusaha batik. Sebab, koperasi tersebut mampu memberikan kain untuk pembuatan batik dengan harga murah, sehingga mampu mengangkat ekonomi anggota koperasi yang sebagian besar adalah warga di Kelurahan Bener," paparnya.
Di a menerangkan, berdasarkan cerita yang didapat dari warga di Kelurahan Bener, Wiradesa, Kopindo didirikan untuk meningkatkan para pengusaha lokal agar bisa mandiri secara ekonomi melalui koperasi.
"Dulu pada massa pemerintahan Presiden Soeharto ada kebijakan memberikan subsidi kepada koperasi untuk menyediakan bahan baku batik berupa kain mori. Saat itu para pengusaha batik dengan mudah dan murah mendapatkan kain mori," terang dia.
Namun, sambung dia, sejak tahun 1990-an kebijakan subsidi dari pemerintah pusat dicabut, sehingga menyebabkan para pengusaha batik lokal harus membeli kain di pasar bebas dengan harga yang ada di pasaran. Sejak saat itu, lambat laun kejayaan usaha tekstil di Kabupaten Pekalongan mulai redup lantaran kalah bersaing dengan pengusaha asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar